Halofina - Apa sih investasi yang lagi bagus sekarang? mumpung lagi punya duit lebih nih buat investasi. Kebanyakan orang kalo mau investasi langsung loncat ke instrumen atau produknya. Padahal hal pertama yang perlu di tanyakan pada diri kita sendiri selaku investor adalah, tujuannya investasi untuk apa. Kenapa tujuan perlu di tentukan di awal? karena salah satunya yang menjadi pertimbangan bagi kita saat menentukan instrumen atau produk investasi.
Investasi itu membutuhkan dua fondasi penting, pertama keahlian yang dalam hal ini kita perlu memiliki pengetahuan minimal terkait investasi dan produk investasi itu sendiri. Kedua terkait perencanaan, dalam hal ini investasi yang baik itu idealnya dilakukan melalui serangkaian perencanaan yang matang. Nah sebagai awalan, kalian perlu membaca 5 hal penting sebelum memulai investasi.
Investasi Itu Beresiko
Hal pertama yang perlu diketahui sebelum memulai investasi adalah memahami jika investasi itu beresiko (ada resiko kerugian yang mungkin terjadi). Itu sebabnya dalam investasi terdapat istilah profil resiko (risk profile).
“risk profile adalah sebuah penilaian terkait tingkat toleransi terhadap resiko, atau sejauh mana seorang investor bisa menerima kerugian yang mungkin terjadi dalam investasi”.
Secara umum ada 3 jenis profil resiko investor yang dipengaruhi banyak faktor diantaranya usia dan tingkat pemahaman investasi seseorang. Hal tersebut dapat dijadikan acuan bagi seseorang diantaranya saat memilih instrumen investasi yang dinilai sesuai dengan profil resiko.
Konservatif – Investor dengan kategori konservatif ini memiliki tingkat toleransi paling rendah (risk averse investor). Cenderung memilih instrumen investasi yang aman dengan imbal hasil yang sudah diketahui, seperti instrumen deposito. Keamanan atas modal investasi menjadi pertimbangan utama dalam memilih instrumen investasi.
Moderat – Investor kategori moderat cenderung berani mengambil resiko dalam batasan tertentu (risk neutral investor). Menyadari resiko sebagai konsekuensi untuk mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi seperti reksadana pendapatan tetap, emas dan obligasi. Tipikal investor yang hati-hati saat memilih instrumen investasi dengan membatasi jumlah investasi pada instrumen beresiko.
Agresif – Investor kategori agresif ini cenderung berani mengambil resiko yang lebih tinggi (risk seeker investor), sehingga berani menempatkan sebagian besar asetnya pada instrumen investasi beresiko seperti saham, reksadana campuran dan reksadana saham.
Investasi Adalah Alat Untuk Mencapai Tujuan Keuangan
Setelah memahami adanya resiko yang mungkin terjadi dalam investasi, hal kedua yang selanjutnya perlu dipahami sebelum memulai investasi adalah bahwa investasi itu merupakan “alat” untuk mencapai tujuan.
“kurang tepat rasanya jika tujuan investasi itu untuk menumpuk harta atau membangun kekayaan, karenanya akan lebih tepat jika tujuan investasi itu untuk mempersiapkan kebutuhan masa depan”.
Dengan demikian menetapkan tujuan merupakan hal penting sebelum memulai investasi. Apa tujuan kalian investasi? apakah untuk mempersiapkan biaya pernikahan, biaya liburan atau mempersiapkan dana pensiun. Apapun itu, buat rencana yang spesifik terkait target dana yang dibutuhkan dan jangka waktu mempersiapkannya. Setelahnya, baru kita tentukan mana produk investasi yang paling sesuai dengan tujuan juga profil resiko kita, karena investasi merupakan “alat” atau kendaraan bagi kalian untuk bisa mencapai tujuan tersebut.
Tidak sedikit dalam prakteknya banyak yang berinvestasi dengan cara langsung memilih instrumen investasinya tanpa memperhatikan apa tujuannya. Hal tersebut menjadi salah satu pemicu kegagalan investasi yang banyak terjadi karena cenderung dilakukan secara impulsif tanpa rencana.
Kenali & Pahami Produk Investasi
Hal penting sebelum memulai investasi selanjutnya adalah perlunya mengenali dan memahami berbagai jenis produk investasi. Dalam hal ini memahami jenis, tingkat imbal hasil, resiko, dan paling penting produk investasi tersebut telah terdaftar dan diawasi Otoritas Jasa Keuangan untuk menghindari investasi bodong.
“prinsip sederhana yang perlu diingat dalam investasi adalah high risk high return, yang artinya semakin tinggi imbal hasil yang ditawarkan akan diikuti juga oleh tingkat resikonya juga tinggi”.
Berbicara mengenai jenis produk investasi yang tersedia, umumnya ada 3 jenis instrumen dasar yang perlu diketahui. Pertama deposito, produk simpanan berjangka yang menawarkan imbal hasil lebih tinggi dari tabungan biasa. Tingkat resikonya cenderung aman, karena tidak diperdagangkan (fluktuatif). Deposito secara jangka waktu sangat ideal untuk investasi jangka pendek (1-3 tahun).
Kedua obligasi (surat utang) yang dikeluarkan oleh pemerintah atau perusahaan. Tingkat resikonya juga cenderung khususnya obligasi yang dikeluarkan oleh pemerintah. Secara jangka waktu instrumen obligasi ini ideal untuk jangka waktu investasi 3-5 tahun.
Ketiga saham (equitas) yang diperjualbelikan di bursa. Tingkat resikonya tinggi, dengan demikian jangka waktu investasi di saham ini idealnya untuk long term investment 5 sampai > 10 tahun. Selain tiga instrumen yang disebutkan terdapat alternatif produk investasi bernama reksadana.
“reksadana merupakan sebuah wadah yang mengumpulkan dana dari masyarakat selaku investor untuk selanjutnya di kelola oleh Manajer Investasi, untuk di investasikan di 3 instrumen deposito, obligasi dan saham”.
Reksadana sendiri jenisnya ada banyak, tapi umumnya dipilih oleh investor ada 4 jenis. Reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran, dan reksadana saham. Hal apa yang membedakan diantara ke empatnya? adalah komposisi alokasi aset, imbal hasil yang diberikan, dan tingkat resikonya.
Reksadana pasar uang, mayoritas aset dialokasikan pada instrumen pasar uang seperti deposito dan obligasi yang jatuh temponya < 1 tahun. Secara tingkat resiko paling rendah dibandingkan yang produk reksadana lain, ideal untuk jangka waktu investasi > 1 tahun (short term).
Reksadana pendapatan tetap, alokasi asetnya hampir 80% ditempatkan di obligasi. Produk reksadana campuran idealnya untuk jangka waktu investasi 1 sampai 3 tahun (midterm)
Reksadana campuran alokasi asetnya gabungan antara instrumen deposito, obligasi dan saham. Produk reksadana campuran idealnya untuk jangka waktu investasi > 3 tahun (long term).
Reksadana saham alokasi asetnya hampir 80% di instrumen saham. Sesuai dengan tingkat resikonya, imbal hasil yang ditawarkan tinggi. Produk reksadana saham idealnya untuk jangka waktu investasi 5 sampai > 10 tahun (long term).
Investasi Itu Harus Terencana
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, investasi tanpa disertai rencana jelas merupakan salah satu penyebab kegagalan dalam investasi. Investasi tanpa tujuan dapat mendorong kita melakukan keputusan impulsif yang berdampak pada hasil investasi itu sendiri.
Sebagai contoh misalkan kita membeli produk reksadana saham, ternyata belum satu tahun nilai aset yang kita miliki menurun karena adanya fluktuasi. Kondisi tersebut menyebabkan kepanikan pada kita yang akhirnya bisa mendorong pada keputusan impulsif seperti menjual aset yang dimiliki.
“lain cerita jika kita membeli produk reksadana saham misalkan tujuannya untuk persiapan dana pensiun. Nah karena kita memiliki tujuan juga kesadaran jika investasi yang dilakukan ini untuk tujuan jangka panjang, maka kondisi fluktuasi naik turunnya harga seharusnya tidak akan mempengaruhi kita. Karena karakteristik reksadana saham secara jangka waktu idealnya memang untuk jangka panjang, dan sesuai dengan tujuan investasi kita”.
Dengan demikian hal penting sebelum memulai investasi kita perlu memiliki tujuan yang jelas, yang setidaknya mencakup tujuan, target dana dan jangka waktu investasi. Salah satu konsep yang bisa kita gunakan dalam merencanakan investasi adalah metode S.M.A.R.T (specific, measurable, achievable, relevant, time based).
Nah untuk memudahkan kalian saat merencakanan investasi masa depan kalian bisa menggunakan Aplikasi Halofina ya. Halofina ini aplikasi digital financial advisory yang bisa kasih rekomendasi investasi sesuai dengan tujuan yang kalian tentukan. Smart personal finance assistance yang akan bantu kamu mulai dari proses perencanaan, pemilihan instrumen investasi, pemantauan portofolio, hingga optimasi.
Lakukan Diversifikasi Aset
“don’t put all egg in one basket, sebuah istilah yang menjelaskan pentingnya melakukan diversifikasi portofolio investasi. satu upaya menempatkan dana ke dalam beberapa jenis aset investasi sebagai sebuah upaya minimalisir resiko yang mungkin terjadi, sekaligus mengoptimalkan imbal hasil investasi”.
Sebagai ilustrasi misalkan kita punya modal Rp. 100 juta yang hanya di investasikan di satu instrumen saja, dalam hal ini deposito yang memberikan imbal hasil 6,4% p.a, maka dalam kurun waktu 15 tahun nilai investasi kita bertambah menjadi + Rp. 235 juta.
Sekarang kita bandingkan jika modal Rp. 100 juta tersebut kita diversifikasi kedalam beberapa jenis aset investasi sbb :
Saham, alokasi modal Rp. 20 juta, imbal hasil 15% p.a, hasil investasi Rp. 167 juta.
Obligasi, alokasi modal Rp. 20 juta, imbal hasil 10% p.a, hasil investasi Rp. 83 juta.
Deposito, alokasi modal Rp. 40 juta, imbal hasil 6,4%, hasil investasi Rp. 101 juta.
Usaha, alokasi modal Rp. 20 juta, total lost.
Maka setelah 15 tahun, nilai total investasi kita menjadi + Rp. 347 juta (selisih Rp. 112 juta).
Perlu di ingat bahwa ini hanya salah satu contoh simulasi ya, realitanya hasilnya bisa berubah. Dengan demikian penting bagi kalian sebelum memulai investasi untuk memahami resiko, mempelajari setiap instrumen investasi, juga melakukan perencanaan yang matang.
Content Provided by :